Tugas Individu IBD : Cerpen Singkat
Ibu Maafkanlah Aku
Aku adalah seorang mahasiswa baru di Universitas
ternama dan
sekarang lagi ada Ujian Semester. Aku yang selalu hidup bersantai santai dan
mulai jarang pulang ke rumah bermain dengan teman sampai tak kenal waktu
sehingga membuat ibu selalu cemas dan khawatir. Hidupku saat ini sungguh
seperti anak muda jaman sekarang banget. Ibu terkadang hanya dianggap sepele seperti
pembantu saja. Berangkat kuliah pulang malam, hari libur tidak ada di rumah
kelayapan kesana kemari tanpa tujuan yang jelas. Yah begitulah…
Kemuadian, di siang yang cerah saat
di ruang kampus aku duduk termenung sendiri menunggu mata kuliah berikutnya.
Tiba-tiba datang seseorang mengagetkan aku dengan membawa kabar duka, yaitu Ratna teman sekelasku dan sekaligus tetangga ku juga. “Rama..
Rama.. Ibumu.. Ibumu..” Berbicara dengan nafas yang tersenggal-senggal karena
habis berlarian menghapiriku. “Iya.. iya.. ada apa dengan ibu ku?” Tanyaku
bingung dan khawatir. “Itu.. Ibumu kecelakaan..” “Apa…? yang benar kamu Na?”
Tanyaku terkejut. “Iya beneran, Barusan aku ditelpon Ibuku di rumah suruh
ngasih kabar ke kamu!” “Apa..” Mataku terbelalak mendengar itu.
Bagai petir yang menyambar pohon yang rapuh, dah pohon itu pun tumbang. Seperti itulah perasaananku saat itu, tak karuan bingung harus melakukan apa dan tanpa pikir panjang lagi ku dengan secepat kilat pulang menuju rumah tak peduli walau itu masih ada jam kuliah yang harus aku ikuti karena adanya Ujian Semester.
Bagai petir yang menyambar pohon yang rapuh, dah pohon itu pun tumbang. Seperti itulah perasaananku saat itu, tak karuan bingung harus melakukan apa dan tanpa pikir panjang lagi ku dengan secepat kilat pulang menuju rumah tak peduli walau itu masih ada jam kuliah yang harus aku ikuti karena adanya Ujian Semester.
Aku berlari dari kampus dan kupacu sepeda
motor ku bersama Ratna agar cepat sampai ke rumah, kampusku yang tak jauh dari rumah ku dan akhirnya sampai, dan di rumah
kulihat banyak orang berkumpul di rumah ku, sehingga membuat ku khawatir dan
tak tenang. Ku berhenti sejenak dan mulai berpikir negatif akan apa yang
terjadi pada ibu ku, seakan ku kehilangan sesuatu yang berharga di dunia ini,
dan mulai ku melangkah perlahan lahaan untuk memastikan bahwa itu tidak benar,
tapi sebelum sampai masuk rumah dan mengetahui apa yang terjadi sebenarnya,
tubuh ini serasa ringan tapi begitu berat untuk ku terus melangkah, dan
mendengar suara samar samar orang yang lagi berbicara tapi setelah itu sudah
tak terdengar lagi seakan ku mulai terputus dengan dunia ini.
Setelah beberapa menit aku pingsan
tepat di depan rumah dan dibawa masuk oleh warga, Setelah beberapa
lama, ku mulai
sadarkan diri lagi dan melihat Ratna di samping ku menemaniku dari tadi.
“Aku dimana ini?” Tanya ku pada Ratna. “Di rumah mu Rama, di kamarmu
ini..” jawab Ratna lirih. “Oh iya, dimana ibuku? Gimana kadaan Ibuku? Aku harus
menemuinya!” sambil berdiri dan menuju pintu, tapi secepat aku berdiri secepat
pula Ratna meraih tangan ku dan menarikku untuk duduk dan menenangkan diri
dulu, tapi karena aku sudah sangat khawatir akan keadaan Ibu aku tetap memaksa
untuk keluar kamar dan menemuinya, dan saat ku membuka pintu kulihat sesosok
tubuh yang di balut oleh kafan putih dan tertutupi oleh selendang batik, sontak
aku langsung membuka penutup itu dan… Aku pun tak sadarkan diri lagi setelah
melihat wajah Ibuku yang sudah tak bernyawa lagi. Di waktu yang sama Ayah ku
juga baru sampai rumah yang juga tergesa-gesa pulang mendengar kabar duka
tersebut, karena tempat kerja Ayah ku jauh jadi agak lama untuk menuju ke
rumah, sedangkan aku di bawa masuk lagi ke kamar karena belum sadarkan diri
juga.
Di saat aku pingsan pemakamanpun
mulai dilanjutkan lagi, karena Ayah sudah datang beserta sanak keluarga yang
sudah menunggu dari tadi, dan karena sudah dimandikan sebelumnya jadi tinggal
untuk di sholatkan dan segera untuk dimakamkan.
Kali ini pingsan ku lebih lama
dibandingkan yang pertama tadi, ku baru sadar kembali setelah beberapa jam
setelah kejadian itu. Saat itu pemakaman sudah kelar semua dan warga sekitar
beserta saudara sedang mengadakan tahlilan untuk Ibuku, karena sudah tradisi di
desa ini, apabila ada orang yang meninggal akan ada tahlilan atau selamatan
bagi si almarhum.
Setelah ku tersadar, ku coba untuk
duduk dan merenungkan apa yang sudah menimpa ku hari ini, ku benar benar
kehilangan seseorang yang paling berharga di dunia ini, seseorang yang selalu
ada di setiap jalan hidup ku sampai saat ini, yang selalu sabar dengan semua
tingkah lakuku yang sering menyusahkannya dan sekarang sudah tiada.
Ku sedih dan meneteskan air mata yang sebelumnya tak pernah ku lakukan karena ada masalah, tapi ini benar-benar meremukkan hati dan jiwa raga ini. Tiba-tiba ku mendengar suara lirih untuk menguatkan aku. “Rama.. kamu yang sabar yah, semua ini pasti ada hikmahnya.. jadi janganlah kamu menyesali semua ini, semua yang hidup pasti akan mati dan kembali ke Rabbnya..” bujuk Ratna agar ku sedikit tenang, tapi ku masih termenung dan terdiam menyesali semua ini. “Ratna apakah ini hukuman bagiku karena telah menyusahkan dan mengecewakan Ibuku?” Tanya ku sambil menahan air mata yang tak kunjung berhenti ini. “Hm.. Jangan berpikiran begitu Rama, mungkin ini sudah takdir Ibumu dan cobaan bagimu Rama.. jadi tetep bersabarlah..”. “Tapi mengapa harus Ibuku..?” Dengan ekspresi tidak terima dengan semua ini. “Tenanglah Rama.. Sabar..” Ratna mencoba menenankan ku. “Sabar bagaimana.. Melihat Ibuku yang tidak salah apa-apa harus mengalami kejadiaan ini.. Mengapa Na... Mengapa? Tolong Na, Ceritakan pada ku kejadiannya, ku ingin tahu..” pintaku ke Ratna untuk mengetahui kenapa sampai ini terjadi.
Dan akhirnya Ratna pun menceritakannya, “Begini Rama.. kau tahu hari ini hari apa?.. ini adalah hari ulang tahunmu kan.. Mungkin tidak begitu banyak orang yang mengetahuinya, tapi Ibumu selalu mengingatnya Rama..”. “Trus apa hubungannya dengan kejadian ini?” tanyaku penasaran. “Tadi ku sempat dengar cerita dari ibuku.. Ibumu tadi pagi begitu semangat untuk merayakan Ultahmu, Ibumu ke luar rumah untuk ke pasar membeli bahan-bahan buat nasi kuning kesukaanmu, pas di jalan ibuku bertemu dengan Ibumu dan menyapanya tapi saking senang dan semangatnya sampai sampai tak mendengar sapaan ibuku pagi tadi, padahal biasanya Ibumu selalu menyahutnya apabila ada yang menyapanya tapi kali ini memang sungguh aneh.. tapi pada akhirnya Ibumu dan Ibuku jalan bersama untuk ke pasar dan mengobrol. Dan Ibuku sempat bertanya pada Ibumu “Bu.. tumben nih hari beda dari biasanya.. lebih bagaimana gitu?” Tanya Ibu Ratna. “Beda gimana Ibu? Biasa saja ini.. Cuman saya lagi senang saja karena ini hari Ultah anakku, tadi pagi sebelum berangkat kuliah dia ingin minta di bikinin Nasi Kuning kesukaanya Bu..” jawab Ibuku. “Oh begitu ya Bu.. Ada-ada saja Rama itu.. (Sambil tersenyum) .. Ada yang bisa saya bantu Bu?” “Oh trima kasih Bu… tapi saya bisa tangani sendiri kok Bu..”. “Oh begitu ya Bu..”. Kemudian mereka pun pulang bersama karena bahan yang di beli serasa sudah cukup.”
Ku sedih dan meneteskan air mata yang sebelumnya tak pernah ku lakukan karena ada masalah, tapi ini benar-benar meremukkan hati dan jiwa raga ini. Tiba-tiba ku mendengar suara lirih untuk menguatkan aku. “Rama.. kamu yang sabar yah, semua ini pasti ada hikmahnya.. jadi janganlah kamu menyesali semua ini, semua yang hidup pasti akan mati dan kembali ke Rabbnya..” bujuk Ratna agar ku sedikit tenang, tapi ku masih termenung dan terdiam menyesali semua ini. “Ratna apakah ini hukuman bagiku karena telah menyusahkan dan mengecewakan Ibuku?” Tanya ku sambil menahan air mata yang tak kunjung berhenti ini. “Hm.. Jangan berpikiran begitu Rama, mungkin ini sudah takdir Ibumu dan cobaan bagimu Rama.. jadi tetep bersabarlah..”. “Tapi mengapa harus Ibuku..?” Dengan ekspresi tidak terima dengan semua ini. “Tenanglah Rama.. Sabar..” Ratna mencoba menenankan ku. “Sabar bagaimana.. Melihat Ibuku yang tidak salah apa-apa harus mengalami kejadiaan ini.. Mengapa Na... Mengapa? Tolong Na, Ceritakan pada ku kejadiannya, ku ingin tahu..” pintaku ke Ratna untuk mengetahui kenapa sampai ini terjadi.
Dan akhirnya Ratna pun menceritakannya, “Begini Rama.. kau tahu hari ini hari apa?.. ini adalah hari ulang tahunmu kan.. Mungkin tidak begitu banyak orang yang mengetahuinya, tapi Ibumu selalu mengingatnya Rama..”. “Trus apa hubungannya dengan kejadian ini?” tanyaku penasaran. “Tadi ku sempat dengar cerita dari ibuku.. Ibumu tadi pagi begitu semangat untuk merayakan Ultahmu, Ibumu ke luar rumah untuk ke pasar membeli bahan-bahan buat nasi kuning kesukaanmu, pas di jalan ibuku bertemu dengan Ibumu dan menyapanya tapi saking senang dan semangatnya sampai sampai tak mendengar sapaan ibuku pagi tadi, padahal biasanya Ibumu selalu menyahutnya apabila ada yang menyapanya tapi kali ini memang sungguh aneh.. tapi pada akhirnya Ibumu dan Ibuku jalan bersama untuk ke pasar dan mengobrol. Dan Ibuku sempat bertanya pada Ibumu “Bu.. tumben nih hari beda dari biasanya.. lebih bagaimana gitu?” Tanya Ibu Ratna. “Beda gimana Ibu? Biasa saja ini.. Cuman saya lagi senang saja karena ini hari Ultah anakku, tadi pagi sebelum berangkat kuliah dia ingin minta di bikinin Nasi Kuning kesukaanya Bu..” jawab Ibuku. “Oh begitu ya Bu.. Ada-ada saja Rama itu.. (Sambil tersenyum) .. Ada yang bisa saya bantu Bu?” “Oh trima kasih Bu… tapi saya bisa tangani sendiri kok Bu..”. “Oh begitu ya Bu..”. Kemudian mereka pun pulang bersama karena bahan yang di beli serasa sudah cukup.”
Sesampainya dirumah Ibumu langsung
masuk rumah dan mulai memasak, tapi tak tahu kenapa Ibumu keluar lagi dengan
tergesa-gesa. “Lho Bu mau kemana lagi..?” Tanya Ibu Ratna yang baru mau masuk rumah. “Itu ada yang
kurang Bu, ini mau balik lagi ke pasar beli bahan yang kurang itu..” jawab
Ibuku sambil tersenyum. Dan tiba-tiba terjadilah tragedi itu. “CIIITTT…
BRUUAAKKK…” Suara mobil yang oleng, dan pada saat itu Ibu mu yang baru saja
keluar rumah lalu mulai berjalan dan di tabrak oleh mobil yang oleng tadi,
penyebabnya karena mobil itu remnya bloong .. kejadianya sangat cepat jadi
Ibuku tak sempat memperhatikan itu.. dan yang sangat disesalkan Ibuku saat itu
adalah Ibumu tak sempat di selamatkan karena pendarahan yang cukup parah di
kepala sehingga meninggal di tempat..”.
Setelah mendengar kejadian itu ku
mulai menangis lagi dan lebih parah lagi dari sebelumnya, tangisan ini lebih berat
dan menyakitkan hati sampai air mata ini tak dapat lagi di keluarkan. Dan saat
itu pulalah ku berdoa dan meminta serta berjanji pada Allah dalam hati.. “Ya
Allah.. maafkan lah hambamu ini, ampunilah dosa hambamu ini yang selalu mengecewakan
dan menyusahkan Ibu hambamu ini.. Aku berjanji akan menjadi anak yang lebih
baik lagi, lebih berbakti lagi kepada Ibu Ya Allah, Hambamu mohon janganlah
Engkau ambil Ibu, kembalikan Ibu Ya Allah..”
Tiba-tiba ku mendengar suara yang
cukup keras tepat di telingaku, sehingga membuatku terkejut kaget mendengarnya.
Dan akhirnya aku terbangun dan tersadar bahwa aku sedang dibangunkan oleh Dosen
yang Galak, karena aku tertidur dan tak bangun di atas bangku. Sontak ku
bangun dan terdiam karena di omeli Dosen tersebut yang
memberitahukanku bahwa ujian akan dimulai, dan setelah itu Ujian Semester di lanjutkan. Tapi ada
perasaanku yang masih mengganjal di pikiranku, selama aku
mengerjakan ujian ini, pikiran ku tidak pernah berhenti memikirkan hal barusan, tapi masih begitu samar-samar karena
masih kaget karena suara Dosen tadi yang cetar membahana itu.
Dan akhirnya Ujian selesai dan ku ketemu Ratna saat keluar
kelas, saat itulah tiba-tiba saja air mata ku menetes entah kenapa dan mulai
mengingat mimpi yang seperti kenyataan itu tadi dan juga aku
menceritakan nya pada Ratna, setelah itu Ratna tersenyum dan menasihatiku bahwa
“Hargailah ibumu selagi dia masih ada, jangan pernah menyia-nyiakan nya”.Akupun
berterimakasih dan
segera pulang untuk memastikan mimpi itu benar atau salah. Dan sesampainya di
rumah aku benar-benar bersyukur sekali melihat ibuku masih sehat-sehat saja
sedang memasak di dapur, kemudian ku peluk Ibu dan meminta maaf padanya karena
kelakuanku akhir-akhir ini, Ibuku dengan heran menanyakan kenapa tiba-tiba aku
meminta maaf, dan aku menceritakan kejadian yang ada didalam mimpi tadi kepada
ibuku, ibuku tersenyum dan memaafkan semua kelakuanku akhir-akhir ini.
Mimpi itu benar-benar menjadi pelajaran berharga buat ku bahwa Ibu adalah seseorang
yang sangat berharga dan tak tergantikan oleh apapun. Sejak saat itu aku mulai merubah gaya hidupku yang berantakan
dan terkesan ugal-ugalan menjadi lebih baik lagi.
Komentar
Posting Komentar